Situs-situs ini dapat membantu jurnalis mengelola stres setelah meliput kejadian traumatik, termasuk bencana.
Jangan khawatir. Jurnalis tidak bekerja sendiri.
Perasaan seperti terisolasi dan stres melihat penanganan buruk musibah kerap dirasakan jurnalis peliput bencana. Jurnalis melihat langsung kondisi korban bencana, rumah-rumah rusak, dan mengetahui penanganan buruk bencana. Hal ini menyebabkan stres, trauma, marah, dan perasaaan membuncah (overwhelming) saat liputan.
Di bawah ini adalah situs yang banyak memberikan tip buat jurnalis peliput bencana untuk menyembuhkan trauma setelah meliput. Kunjungi situs-situs ini agar Anda sadar bahwa Anda tidak sendiri. Banyak orang dan organisasi di luar sana yang ingin membantu jurnalis.
Catatan: bagi jurnalis Indonesia yang kesulitan membaca artikel-artikel yang disajikan dalam bahasa Inggris, bisa melakukan penerjemahan otomatis dengan mengunjungi Google Translate. Tinggal salin tautan situs yang ingin dikunjungi, lalu terjemahkan ke Bahasa Indonesia. Klik hasil terjemahan yang berupa tautan dan terjemahan otomatis akan tersedia di situs tersebut.
Dart Center for Journalism and Trauma
Dart Center adalah situs bantu bagi jurnalis peliput krisis milik Columbia University. Isinya membantu jurnalis peliput krisis untuk mengatasi trauma setelah liputan dan bahkan mengatasinya mulai dari saat liputan. Panduan berbeda diberikan untuk setiap krisis, misalnya untuk peliput perang, bencana, daerah konflik, peliput aksi terorisme, hingga bagi jurnalis yang meliput pembunuhan dan penembakan massal.
International Journalists Network
Artikel dari International Journalists Network bisa membantu jurnalis mengelola stres setelah meliput bencana.
Situs ini adalah salah satu yang paling lengkap menyediakan sejumlah tautan yang bisa membantu jurnalis mengelola stres setelah meliput krisis.
Artikel dari Nieman Reports ini juga menyediakan berbagai tip dan panduan mengelola stres.
Teks: Indri Maulidar